✿♥ inni Faqiran ila Allah ♥✿

"thabbit Qulubana, Ya Rabb!"

Pohon Rendang, boleh tumpang teduh?



Dia berlari laju. Lafaz lelah dia hebus keluar. Gayanya bagai bermain kejar-kejar bersama teman-teman kampungnya. Sahara yang gersang itu lagaknya bagai taman permainan. Tanah lapang yang tidak tahu hujungnya.

 “Air, air, air…” Dia meminta air entah dari siapa pun tidak diketahui.
 “Aku mahu air, aku mahu air..” Rayuanya yang berkali-kali itu tidak didengari siapa.

 Air botol yang dikendong dalam begnya dikeluarkan. Diteguk gelojoh. 

 “Ah, aku punya air” Mentari yang memancar tepat menyuluh wajahanya. Terik. Anak tekaknya terasa kontang, masih tetap kering. Air liur yang berbaki terpaksa ditelan agar mengurangkan rasa hausnya itu. 

“Ahhhh. Aku bisa mati ini.” Dia memekik.  

Panahan mentari masih tetap membakar wajahnya yang sudah sedia hitam. Dia belari lagi, dan lagi.

 “Kenapa aku berlari. Bukan  kah aku sudah dapatkan  air?”

Namun dia tetap berlari. Sesekali dia terjatuh, tersungkur. Dia bangkit kembali. Dari jauh dia ternampak teduhan rendang yang mendamaikan.

 “Itu yang aku cari..” dia menjerit sekuatnya.

“Pohon.. Pohon rendang.” 

Pohon rendang itu dia dekati. Bibirnya mengukir senyum. Hatinya girang. Pohon rendang ini yang aku cari. Bukan air. Dia duduk bersandar melepaskan lelah. Nafas baru dia sedut sedalamnya. Dihembus sekuat hati. Hahhhhhh! Pohon rendang itu berbuah ranum. Berdaun lebat, hijau mendamaikan. Di atasnya punya dua ekor burung saling berkicau merdu. Tenang dan mendamaikan. Mereka bahagia sebahagia dia!

Dia termenung jauh, kenapa hati aku tidak serendang pohon ini. Semakin  jauh aku berjalan, semakin aku lelah. Walhal aku punya bekalan air yang cukup. Dan semakin itu aku rasa panasnya mentari di dalam hatiku ini!

“Ouhh rupanya hati aku kontang! Segersang sahara! “Dia menangis.

.......
  ~ 

 

 btw, ini bukan pohon rendang.

0 comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...